Bahkan sering para warga binaan mendapatkan pesanan dari pihak-pihak tertentu untuk pembuatan batik sesuai kreatifitas masing-masing.
“Lukisan pun juga sama banyak yang mendapatkan orderan, begitu pula dengan buah tangan atau oleh-oleh kerajinan yang unik. Dari olahan makanan seperti kue kering dan camilan pun juga sering banyak orderan,” imbuh dia.
Uang yang didapat tentu tidak serta merta masuk ke LPP melainkan diberikan ke pemilik produk yang kemudian sering digunakan untuk pemenuhan kebutuhan mereka.
Dengan praktik keterampilan yang sudah berjalan ini, diharapkan setelah mereka keluar dari Lapas bisa menerapkannya di keseharian mereka dan menjadi pribadi yang lebih baik serta tidak mengulang kesalahan dan tindakan kriminalitas.
“Harapan kami agar mereka bisa mencari penghasilan dengan inovasi dan kreativitas mereka sendiri,” jelasnya.
Tak hanya berkegiatan di balai latihan kerja saja, beberapa dari mereka juga sibuk dengan tanggung jawab masing-masing seperti menyiram dan mengganti tanaman yang sudah rusak, mengantarkan jatah minum di masing-masing hunian.
Ada pula yang sibuk di dapur umum, menyiapkan menu makanan dari sarapan, makan siang, hingga makan malam.
Aktivitas mereka berhenti sekitar pukul 16.00 WIB, baru kemudian kembali ke masing-masing hunian untuk bebersih dan melakukan kegiatan di malam hari, seperti beribadah dan lainnya.6
Lebih lanjut Evi mengatakan, belum lama ini Lapas Perempuan Kelas IIB Yogyakarta yang berada di Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini mendapatkan kunjungan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Bintang Puspayoga yang memberikan motivasi serta keterampilan kecantikan. Mengingat saat ini tata rias merupakan bidang yang lumayan menjanjikan.
"Beberapa waktu lalu para warga binaan oni belajar berbagai teknik tata rias, termasuk make-up untuk penari dan make-up sehari-hari. Kedepan semoga kami juga bisa memberikan fasilitasi untuk kursus kecantikan ini," jelas dia.****