Berita , Gaya Hidup , Budaya , Nasional , D.I Yogyakarta
Didik Nini Thowok Perankan Sosok Centhini Atas Interpretasi Karya Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan
HARIANE - Sebuah pertunjukkan hasil interpretasi Didik Nini Thowok atas Karya Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan ditampilkan ke hadapan para pengunjung Artjog di Jogja National Museum pada 22 Augustus 2024 malam.
Didik Nini Thowok bersama Elizabeth D. Inandiak (narator), Anon Suneko (komposer), dan Sarah Diorita (performer) memadukan pertunjukan wayang golek dan lantunan tembang dari beberapa pupuh di dalam kisah tersebut dalam seni tari yang ekspresif untuk mengajak penonton melihat kembali kisah Amongraga dan Tambangraras secara interpretatif dan kontemplatif.
Elizabeth D. Inandiak menyampaikan, karya adiluhung Jawa belum diterjemahkan dalam bahasa apapun, termasuk ke Bahasa Indonesia. Saat membaca Centhini seolah Elizabeth menemukan jodoh dalam hidup.
"Saya menggali pelan-pelan, menerjemahkan serat Centhini yang 12 jilid, 4200 halaman. Dalam Bahasa Jawa yang susah, saya bekerja keras karena saya tidak bisa Bahasa Jawa. Dahulu Centhini selalu dicuplik sebagian-sebagian, lalu alur cerita tidak pernah diperhatikan. Padahal dari keseluruhannya, alurnya sempurna," terang Elizabeth.
Didik Nini Thowok mengatakan, sosok Centhini dimanifestasikan sebagai sesuatu yang netral, bahkan genderless.
"Centhini memaknai sebagai kerendahatian dan perjalanan yang menyatu dengan alam. Banyak hal yang bisa digali dari Serat tersebut. Buku ini bisa mempelajari banyak hal karena menyimpan pengetahuan. Meski sudah 200 tahun namun kontekstual. Di dalam Serat Centhini telah menuangkan cerita tradisi silang gender. Tradisi silang gender telah ada sejak zaman dulu," jelas Didik.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian mengaakan, sejak 2019, Bakti Budaya Djarum Foundation telah bekerja sama dengan ARTJOG untuk menyediakan ruang bagi seniman-seniman muda di Indonesia dalam upaya menciptakan ekosistem seni pertunjukan yang kreatif dan mandiri.
Melalui program performa ARTJOG x Bakti Budaya Djarum Foundation yang dihadirkan tahun ini, membuka kesempatan bagi para pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan para seniman, memahami proses kreatif, dan mendengar langsung cerita di balik karya-karya mereka.
“Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi dan memperkaya wawasan budaya penonton, sehingga dapat mendorong kreativitas para seniman muda dan memperkuat ekosistem seni di Indonesia," kata Renitasari.
CEO dan Founder ARTJOG, Heri Pemad menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation kepada ARTJOG selama ini. Menurutnya, hal ini merupakan langkah konkret dalam membangun infrastruktur seni dan budaya.
"Sebuah peristiwa budaya ketika mendapatkan kesempatan dan semangat yang sama dari relasi, partner, atau dari siapapun rasanya seperti mendapatkan kawan satu frekuensi" ujarnya.
"Tentu kerja sama ini sangat membahagiakan di tengah kondisi kemandirian sekaligus keterbatasan dari teman-teman seniman dan penyelenggara event seni dan budaya. Dukungan ini juga menguatkan landasan bahwa memajukan seni dan budaya adalah tanggung jawab bersama," tandas Heri.