Berita , D.I Yogyakarta
Kasus Bunuh Diri di Kabupaten Bantul Meningkat 3 Kali Lipat, Ekonomi-Sakit Jadi Penyebab
HARIANE - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat ada kenaikan kasus bunuh diri selama kurun waktu dua tahun terakhir. Masalah ekonomi hingga sakit menahun diduga yang menjadi penyebabnya.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Bantul, Siti mengatakan hingga 5 Desember 2024 sudah ada 22 kasus bunuh diri.
Jumlah ini meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan 2023 yang hanya ada 8 kasus. Sementara pada 2022, tercatat ada 14 kasus bunuh diri di Kabupaten Bantul.
Menurutnya, masalah ekonomi dan penyakit yang tak kunjung sembuh membuat seseorang mengalami depresi hingga nekat mengakhiri hidupnya sendiri.
"Ini yang akhirnya membuat seseorang mengalami depresi dan memicu bunuh diri," katanya, Selasa, 10, Desember, 2024.
Dikatakannya, korban bunuh diri tidak hanya terjadi pada warga yang berusia diatas 50 tahun, tetapi juga terjadi di usia produktif.
Menurut Marlina, kasus bunuh diri yang terjadi, tidak bisa terjadi secara tiba-tiba.
Sebab, biasanya korban bunuh diri telah menunjukkan beberapa gejala depresi berat, hingga halusinasi untuk melakukan bunuh diri.
"Nah, gejala ini yang perlu diwaspadai oleh keluarga dan orang terdekat korban, antara lain korban yang menarik diri dari lingkungan. Jika sampai ada halusinasi, mereka harus segera menjalani rawat inap dan dipantau oleh tenaga medis dan keluarga," ucapnya.
Marlina mengatakan, saat ini Dinkes terus meminta kepada keluarga dan orang terdekat untuk merangkul anggota keluarga yang mengalami depresi berat, sehingga kasus tersebut tidak berakhir dengan bunuh diri.
Meski demikian, penanganan pada kasus ini tak selalu mulus. Diakuinya Dinkes Bantul masih memiliki kendala keterbatasan petugas psikologis klinis. Total baru ada delapan petugas dari 16 puskesmas yang ada.
Untuk mengatasi persoalan itu, Dinkes Bantul telah menggandeng bidan dan dokter untuk mengenali kasus kejiwaan yang dialami oleh warga, utamanya ibu hamil.