Lebih dari itu, Muhammadiyah membentuk kader-kader bangsa yang memiliki semangat keislaman sekaligus keilmuan. Mereka adalah pendidik, dokter, jurnalis, dan politisi yang berkiprah dalam perjuangan kemerdekaan. Pendidikan Muhammadiyah, dengan demikian, menjadi infrastruktur sosial bagi munculnya kelas menengah Muslim yang sadar politik dan progresif.
Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara: Dari Aktivisme Politik ke Guru Bangsa
Ki Hajar Dewantara, yang lahir sebagai Suwardi Suryaningrat, berasal dari keluarga bangsawan Yogyakarta dan mengenyam pendidikan Barat sejak kecil. Namun pengalaman itu justru menumbuhkan kritik tajam dalam dirinya terhadap sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif dan menindas. Setelah diasingkan ke Belanda akibat tulisan “Seandainya Aku Seorang Belanda”, ia mendalami pendidikan dan filsafat humanisme, termasuk pemikiran Theosofi yang kelak memengaruhi pendekatannya dalam mendidik⁵.
Pada tahun 1922, ia mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni pendidikan kolonial. Ia mengembangkan sistem pendidikan alternatif yang membebaskan rakyat kecil dari ketergantungan pada sekolah pemerintah.
Karakteristik Pendidikan Taman Siswa: Tradisi, Kebatinan, dan Kemerdekaan Batin
Taman Siswa dibangun di atas falsafah kemerdekaan batin, yaitu membentuk manusia merdeka secara jiwa sebelum menuntut kemerdekaan secara politik. Pendidikan tidak boleh menindas, tetapi harus mengembangkan kepribadian, kreativitas, dan kepekaan sosial peserta didik.
Karakteristik utama Taman Siswa mencerminkan sintesis antara nilai-nilai pendidikan Barat dan spiritualitas Timur, terutama kebatinan Jawa dan ajaran theosofi. Ki Hajar menolak pendidikan formal yang menekankan otoritas guru dan hafalan. Sebagai gantinya, ia menekankan pendekatan kontekstual, hubungan kekeluargaan dalam proses belajar, dan pembentukan karakter melalui seni, budaya, dan kehidupan bermasyarakat.
Asas-asas utama Taman Siswa:
Kemerdekaan, Kodrat Alam, Kebudayaan, Kebangsaan dan Kemanusiaan.
Dengan dasar tersebut, pendidikan di Taman Siswa tidak hanya bertujuan mencetak pekerja atau pejabat, tetapi menciptakan manusia merdeka yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga bangsa dan dunia.