HARIANE – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul memastikan kasus antraks di Kalurahan Tileng, Kapanewon Girisubo, Gunungkidul, tidak meluas. Kendati demikian, pemantauan serta penanganan secara berkala tetap dilakukan oleh petugas kesehatan hewan.
"Sampai saat ini kami tidak mendapati adanya tambahan kasus serta titik yang meluas," kata Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari.
Ia menambahkan, upaya-upaya penanganan seperti penyemprotan disinfektan, formalin, pemberian antibiotik, dan sebagainya tetap dilakukan oleh petugas.
Selain itu, keluar masuknya ternak lebih diperketat agar tidak terjadi penularan antraks yang meluas.
"Lalu lintas ternak benar-benar dibatasi. Untuk sementara, di wilayah tersebut kami minta agar tidak ada ternak yang keluar masuk terlebih dahulu," tandasnya.
Lebih lanjut, Wibawanti mengatakan bahwa DPKH menekankan agar masyarakat patuh terhadap imbauan yang diberikan oleh pemerintah.
Salah satunya, apabila terdapat ternak yang mati mendadak, harus segera dilaporkan ke petugas kesehatan hewan dan dilakukan penguburan sesuai dengan SOP yang berlaku.
Hal ini dimaksudkan agar bangkai ternak tidak disembelih untuk dikonsumsi atau dijual ke pedagang. Sebab, selama ini temuan di lapangan menunjukkan masih banyak warga yang justru mengonsumsinya bersama-sama (brandu).
"Kami berikan edukasi agar warga mengerti bahwa jika ada ternak mati, harus segera dilaporkan ke petugas kesehatan hewan dan dikubur, bukan dijual atau dikonsumsi," tandasnya.
Di samping itu, Wibawanti juga mengimbau para peternak untuk lebih menjaga kebersihan kandang mereka agar ternak tidak mudah terpapar penyakit. Mengingat, terdapat berbagai jenis penyakit ternak dengan beragam ciri-ciri.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada awal Februari 2025, terdapat satu ekor sapi di Kalurahan Tileng yang mati mendadak.
Selang beberapa hari, DPKH Gunungkidul menerima laporan. Mendapati kejadian tersebut, petugas kesehatan hewan kemudian bergerak untuk melakukan pengecekan.