Berita , D.I Yogyakarta
Penayangan Perdana Film Jagad’e Raminten Gambarkan Perjalanan Sosok Hamzah Sulaiman

Ia juga menyampaikan bahwa pemutaran kedua film ini akan dilaksanakan di panggung ARTJOG 2025 pada 5 Juli 2025. Film ini juga direncanakan akan dibawa ke berbagai festival film internasional seperti di Amerika Serikat, Amsterdam, Hong Kong, Jepang, Singapura, dan negara-negara lainnya.
“Setelah itu, mungkin akan ada pemutaran keliling (screening roadshow) dalam skala kecil agar bisa menginspirasi masyarakat di luar Jogja,” tandasnya.
Sementara itu, Dena Rachman menyampaikan bahwa keterlibatannya dalam proyek ini merupakan wujud upaya menyebarkan simbol kasih, kebaikan, dan keberanian dalam mengekspresikan diri di tengah norma sosial yang ada.
“Lebih dari sekadar hiburan, Raminten adalah sosok yang menyediakan ‘rumah’ bagi banyak kaum marginal, terutama bagi chosen family mereka. Raminten memperjuangkan inklusivitas, tidak hanya di atas panggung, tetapi juga dalam kehidupan nyata melalui penciptaan penghidupan yang layak dan berkelanjutan. Kami terdorong untuk mengabadikan warisan ini dalam sebuah karya yang bisa terus menginspirasi,” ungkap Dena.
Ko-produser Jagad’e Raminten, Melissa Karim, menambahkan bahwa Raminten selama ini telah menciptakan ekosistem yang memberdayakan banyak orang, membuka lapangan kerja, dan menjadikan kesenian sebagai sumber penghidupan.
“Proses pembuatan dokumenter ini sangat menyentuh dan penuh makna. Kami ingin menangkap esensi sejati Raminten sebagai ikon budaya dan bisnis, sekaligus sosok visioner yang membuktikan bahwa pelestarian tradisi bisa berjalan seiring dengan inovasi dan pemberdayaan ekonomi,” ujar Melissa.
Film ini merupakan persembahan terakhir dari para sahabat dan keluarga besar untuk mendiang Hamzah Sulaiman.
Meski beliau telah berpulang sebelum film ini dirilis, seluruh pihak yang terlibat tahu bahwa almarhum sangat menantikan hadirnya kisah ini untuk disaksikan masyarakat luas.
Film ini menjadi cara untuk meneruskan warisan Raminten—menyebarkan cinta, kepedulian, dan semangat inklusivitas, khususnya bagi masyarakat Yogyakarta yang sangat dekat di hati beliau.
“Bagi kami, dokumenter ini bukan sekadar karya film, tetapi bentuk penghormatan penuh cinta kepada sosok bapak kami, almarhum Hamzah Sulaiman. Beliau adalah cahaya bagi begitu banyak orang—baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun figur ayah bagi keluarga besar Raminten. Kami sangat tersentuh dan merasa terhormat bahwa kisah hidup serta warisannya diabadikan dalam film dokumenter ini. Kami berharap film ini dapat menyentuh hati masyarakat Indonesia, khususnya warga Jogja, sebagaimana beliau telah menyentuh hidup banyak orang dengan kasih dan kebaikannya,” pungkas Ratri, Direktur House of Raminten.****