Berita
Sebab Sri Lanka Bangkrut, Selain Cadangan Devisa Anjlok Hampir 70%: Apa Saja Upaya yang Telah Dilakukan Pemerintah ?
Anasya Adeliani
Sebab Sri Lanka Bangkrut, Selain Cadangan Devisa Anjlok Hampir 70%: Apa Saja Upaya yang Telah Dilakukan Pemerintah ?
Ketika ekonomi terbuka telah membuat lebih banyak perdagangan dan investasi mulai melambung pada kelas menengah sejak tahun 1970-an.
Tapi sekarang untuk makan sehari tiga kali saja, para kelas menengah harus berpikir keras. Apalagi dengan kelas yang berada lebih dibawah.
Situasi ini telah menggagalkan kemajuan selama bertahun-tahun menuju gaya hidup yang relatif nyaman yang dicita-citakan di seluruh Asia Selatan.
Pada Rabu, 22 Juni 2022 Wickremesinghe menyalahkan pemerintah sebelumnya karena gagal bertindak tepat waktu ketika cadangan devisa Sri Lanka menyusut.
Krisis mata uang asing telah menghambat impor, menciptakan kelangkaan parah yang juga mencakup obat-obatan.
“Jika setidaknya dahulu telah mengambil langkah untuk memperlambat keruntuhan ekonomi di awal, kita tidak akan menghadapi situasi sulit hari ini. Tapi kami sekarang kehilangan kesempatan ini. Kami sekarang melihat tanda kemungkinan negara jatuh ke titik terendah,” katanya.
Wickremesinghe mengatakan bantuan IMF tampaknya menjadi satu-satunya pilihan negara itu sekarang. Kesepakatan kemungkinan akan dicapai pada akhir Juli.
“Kami telah menyelesaikan diskusi awal, dan kami telah bertukar pikiran di berbagai sektor,” kata Wickremesighe dalam menemukan solusi terkait Sri Lanka bangkrut.
Melansir dari laman The Guardian, perwakilan penasihat keuangan dan hukum pemerintah untuk restrukturisasi utang mengunjungi pulau itu, dan tim dari Departemen Keuangan AS akan tiba minggu depan.
Sri Lanka berutang lebih dari $50 miliar kepada kreditur pemerintah seperti India, Cina, dan Jepang, dan pemegang obligasi swasta.
Alasan kesengsaraan ekonominya kompleks. Keluarga Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah dikritik karena salah urus ekonomi, korupsi, dan kampanye brutalnya untuk mengakhiri perang saudara pada tahun 2009.
Di bawah pemerintahan keluarga Rajapaksa, Sri Lanka telah menanggung serangkaian utang China, termasuk untuk berbagai proyek yang tidak menghasilkan banyak pendapatan.