Murtaqi menyoroti bahwa pihak yang mengaku sebagai keturunan Ba’alawi kerap membanggakan leluhur mereka, namun seolah tidak menunjukkan penghormatan terhadap ulama lokal.
"Padahal mereka hidup dan mencari nafkah di Indonesia, namun justru merendahkan tokoh-tokoh besar kita," imbuhnya.
Ia juga menyayangkan sikap pemerintah yang dinilainya belum serius dalam menangani polemik ini. "Kesannya seperti saling lempar tanggung jawab antar instansi," ujar Murtaqi.
Menurutnya, ketika masalah ini didelegasikan ke Kementerian Agama, kemudian dilempar lagi ke MUI, justru menimbulkan kesan bahwa negara tidak serius menangani keresahan yang meluas.
Murtaqi mengaku menerima banyak pertanyaan dari berbagai kalangan terkait minimnya keterlibatan pemerintah dalam meredam isu ini.
"Apa harus tunggu kekacauan terjadi dulu baru pemerintah hadir? Ini bukan solusi," tegasnya.
Ia juga menyinggung bahwa pihak-pihak yang memicu polemik ini seolah tidak menunjukkan respek terhadap ulama seperti KH Hasyim Asy’ari atau Gus Dur, yang bahkan disebut-sebut dengan istilah tidak pantas.
"Penghinaan semacam itu tidak bisa dibiarkan, dan kami tidak ingin hanya bereaksi emosional. Tapi negara harus hadir menyelesaikan," pungkas Murtaqi.
PWI-LS Sultan Agung Bantul berharap agar pernyataan mereka ini menjadi pemicu kesadaran bersama bahwa isu yang berkembang bukan sekadar perbedaan pendapat, tetapi menyangkut harga diri bangsa dan kerukunan umat.****