Berita , D.I Yogyakarta

Apa Arti Sumbu Filosofi Yogyakarta? 1 dari 5 Warisan Budaya Dunia di Indonesia yang Ditetapkan UNESCO

profile picture Ima Rahma Mutia
Ima Rahma Mutia
Apa Arti Sumbu Filosofi Yogyakarta? 1 dari 5 Warisan Budaya Dunia di Indonesia yang Ditetapkan UNESCO
UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia di Indonesia. (Foto: Kraton Jogja)

Sultan kemudian mendirikan Tugu Golong atau biasa disebut juga dengan Pal Putih di sisi utara keraton, sementara di sisi selatannya dibangun Panggung Krapyak.

Tugu Golong – Gilig pada bagian atasnya terdapat bulatan (golong), sementara pada bagian bawahnya berbentuk silindris atau gilig dan berwarna putih, sehingga disebut juga dengan Pal Putih.

Peta penampakan DIY berdasarkan sumbu filosofi Yogyakarta. (visitingjogja)
Pal Putih. (visitingjogja)

Apabila ketiganya (Pal Putih, Keraton Yogyakarta dan Panggung Krapyak) ditarik garis lurus, maka akan membentuk sumbu imajiner yang disebut sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Secara simbolis filosofis, Sumbu Filosofi Yogyakarta melambangkan keseimbangan dan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan (hablun min Allah), hubungan sesama manusia (hablun min Annas), dan manusia dengan alam.

Hubungan manusia dengan alam di Jogja ini termasuk lima unsur pembentuknya, yaitu api atau dahana dari Gunung Merapi, tanah atau bantala dari bumi Ngayogyakarta, air atau tirta dari Laut Selatan, angin atau maruta dan akasa atau ether.

Termasuk juga tiga unsur yang menjadikan kehidupan yaitu fisik, jiwa dan tenaga yang tercakup dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Peta penampakan DIY berdasarkan sumbu filosofi Yogyakarta. (visitingjogja)
Panggung Krapyak. (visitingjogja)

Hubungan antara Tugu, Keraton dan Panggung Krapayak yang bersifat Hinduistis ini kemudian diubah menjadi konsep Islam Jawa ‘Sangkan Paraning Dumadi’.

Menariknya, pertemuan antara satu titik ke titik lain dengan arah yang berbeda rupanya memiliki makna filosofi yang tak sama.

Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara (Keraton), menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan, beranjak dewasa, menikah, kemudian melahirkan anak (sangkaning dumadi).

Sementara filosofi dari Pal Putih ke selatan (Keraton), diibaratkan sebagai perjalanan manusia saat mulai menginjak dewasa hingga meninggal dunia (paraning dumadi).

Ads Banner

BERITA TERKINI

Lakalantas Simpang tiga Sogan, Tiga Orang Jadi Korban

Lakalantas Simpang tiga Sogan, Tiga Orang Jadi Korban

Kamis, 21 November 2024 23:06 WIB
Dukungan bagi Pasangan Calon Agung-Ambar Makin Bertambah

Dukungan bagi Pasangan Calon Agung-Ambar Makin Bertambah

Kamis, 21 November 2024 22:38 WIB
Paslon Marija-Yusron Gelar Kampanye di Pasar Bendungan

Paslon Marija-Yusron Gelar Kampanye di Pasar Bendungan

Kamis, 21 November 2024 21:44 WIB
Novida-Rini Dapatkan Dukungan dari Forum Silaturahmi Kyai Kampung

Novida-Rini Dapatkan Dukungan dari Forum Silaturahmi Kyai Kampung

Kamis, 21 November 2024 21:34 WIB
Paslon Heroe-Pena Gelar Konser Akbar di Hari Terakhir Kampanye Pilkada, Sejumlah Musisi Lokal ...

Paslon Heroe-Pena Gelar Konser Akbar di Hari Terakhir Kampanye Pilkada, Sejumlah Musisi Lokal ...

Kamis, 21 November 2024 18:38 WIB
PDIP Kulon Progo Dukung Pilkada Bermartabat dan Terhormat Tanpa Politik Uang

PDIP Kulon Progo Dukung Pilkada Bermartabat dan Terhormat Tanpa Politik Uang

Kamis, 21 November 2024 18:00 WIB
Ribuan Personel Satlinmas Amankan Pilkada Jogja

Ribuan Personel Satlinmas Amankan Pilkada Jogja

Kamis, 21 November 2024 17:50 WIB
Sidang Putusan Mantan Direktur PT Taru Martani, Terdakwa Dipidana Penjara 8 Tahun

Sidang Putusan Mantan Direktur PT Taru Martani, Terdakwa Dipidana Penjara 8 Tahun

Kamis, 21 November 2024 17:40 WIB
Dispar Bantul Bakal Gelar Pentas Sendratari di Parangkusumo, Catat Tanggalnya

Dispar Bantul Bakal Gelar Pentas Sendratari di Parangkusumo, Catat Tanggalnya

Kamis, 21 November 2024 17:15 WIB
Kata Yusril Soal ‘Pembebasan’ Mary Jane Veloso : Banyak yang Salah Mengerti

Kata Yusril Soal ‘Pembebasan’ Mary Jane Veloso : Banyak yang Salah Mengerti

Kamis, 21 November 2024 14:14 WIB