Berita , D.I Yogyakarta
Apa Arti Sumbu Filosofi Yogyakarta? 1 dari 5 Warisan Budaya Dunia di Indonesia yang Ditetapkan UNESCO
Sultan kemudian mendirikan Tugu Golong atau biasa disebut juga dengan Pal Putih di sisi utara keraton, sementara di sisi selatannya dibangun Panggung Krapyak.
Tugu Golong – Gilig pada bagian atasnya terdapat bulatan (golong), sementara pada bagian bawahnya berbentuk silindris atau gilig dan berwarna putih, sehingga disebut juga dengan Pal Putih.
Apabila ketiganya (Pal Putih, Keraton Yogyakarta dan Panggung Krapyak) ditarik garis lurus, maka akan membentuk sumbu imajiner yang disebut sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Secara simbolis filosofis, Sumbu Filosofi Yogyakarta melambangkan keseimbangan dan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan (hablun min Allah), hubungan sesama manusia (hablun min Annas), dan manusia dengan alam.
Hubungan manusia dengan alam di Jogja ini termasuk lima unsur pembentuknya, yaitu api atau dahana dari Gunung Merapi, tanah atau bantala dari bumi Ngayogyakarta, air atau tirta dari Laut Selatan, angin atau maruta dan akasa atau ether.
Termasuk juga tiga unsur yang menjadikan kehidupan yaitu fisik, jiwa dan tenaga yang tercakup dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Hubungan antara Tugu, Keraton dan Panggung Krapayak yang bersifat Hinduistis ini kemudian diubah menjadi konsep Islam Jawa ‘Sangkan Paraning Dumadi’.
Menariknya, pertemuan antara satu titik ke titik lain dengan arah yang berbeda rupanya memiliki makna filosofi yang tak sama.
Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara (Keraton), menggambarkan perjalanan manusia sejak dilahirkan, beranjak dewasa, menikah, kemudian melahirkan anak (sangkaning dumadi).
Sementara filosofi dari Pal Putih ke selatan (Keraton), diibaratkan sebagai perjalanan manusia saat mulai menginjak dewasa hingga meninggal dunia (paraning dumadi).