Ekbis
Garuda Indonesia Bukukan Pendapatan Fantastis di 2024, Tapi Kenapa Masih Rugi?

HARIANE – Maskapai nasional Garuda Indonesia (GIAA) mencatat kenaikan pendapatan signifikan sepanjang tahun 2024, menembus angka USD 3,42 miliar. Namun, di balik capaian tersebut, perseroan justru harus menghadapi kerugian USD 69,78 juta. Apa yang sebenarnya terjadi?
Pendapatan Melonjak, Tapi Beban Operasional Mencekik
Dalam laporan keuangan tahunan yang dirilis pada 26 Maret 2025 melalui laman IDX, pendapatan Garuda Indonesia mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencapai USD 2,94 miliar.
Sayangnya, tingginya biaya operasional, termasuk bahan bakar dan perawatan pesawat, masih menjadi momok yang menggerus laba perusahaan.
Beban bunga dan keuangan yang mencapai USD 480 juta semakin memperberat kondisi keuangan Garuda.
Hal ini membuat perusahaan harus kembali mencatatkan rugi bersih, berbanding terbalik dengan keuntungan USD 251,99 juta yang diraih pada tahun sebelumnya.
Aset dan Liabilitas: Beban Utang Masih Menghantui
Total aset Garuda Indonesia per akhir 2024 tercatat sebesar USD 6,62 miliar, sedikit turun dari tahun lalu yang mencapai USD 6,73 miliar.
Namun, yang menjadi sorotan adalah total liabilitas perusahaan yang masih tinggi di angka USD 7,97 miliar.
Hal ini menyebabkan ekuitas perusahaan tetap berada di zona negatif, dengan defisit mencapai USD 1,35 miliar.
Ini menandakan bahwa maskapai pelat merah ini masih berjuang untuk keluar dari tekanan utang dan memperbaiki kondisi keuangannya.