Berita , D.I Yogyakarta
30 Lebih Temuan Kasus Leptospirosis di Bantul dalam 2 Bulan, Dinkes Beberkan Wilayah Penyebaran Terbanyak
Admin
Dinas Kesehatan temukan puluhan kasus leptospirosis di wilayah Bantul dalam 2 bulan terakhir. (Foto: Unsplash/Freestocks)
HARIANE - Kasus leptospirosis di Bantul telah terdeteksi oleh Dinas Kesehatan dalam dua bulan terakhir dengan jumlah cukup banyak.
Leptospirosis atau biasa disebut masyarakat sebagai penyakit kencing tikus ini telah mengalami peningkatan sejak awal tahun 2023.
Hanya dalam kurun waktu dua bulan ini telah ditemukan 37 orang yang terjangkit penyakit kencing tikus tersebut. Angka tersebut merupakan hasil temuan di lapangan oleh Dinas Kesehatan Bantul.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul, Abednego Dani Nugroho, menyebutkan bahwa pada Januari 2023 ditemukan 29 kasus leptospirosis. Sedangkan di bulan Februari sampai tanggal 20 kemarin terdapat 8 kasus leptospirosis.
“Paling banyak temuan di Kapanewon Kasihan dengan jumlah 10 kasus, Kapanewon Pandak 6 kasus. Kemudian Kapanewon Bambanglipuro dan Bantul masing-masing 4 kasus, Sewon 3 kasus dan kapanewon lain rata-rata satu kasus," jelasnya, Kamis, 23 Februari 2023.
Kasus Leptospirosis di Bantul Memakan Korban Jiwa
Dari jumlah temuan kasus tersebut, sebanyak 6 pasien yang didiagnosa terjangkit leptospirosis meninggal dunia. Ia menyampaikan jumlah kasus dan kematian akibat leptospirosis yang baru berjalan dua bulan tahun 2023 ini, lebih tinggi dibanding dengan tahun lalu. Sepanjang tahun 2022 lalu, Dinas Kesehatan mencatat adanya 137 kasus leptospirosis dimana empat pasien diantaranya meninggal dunia. Tingginya jumlah kematian akibat leptospirosis di tahun 2023 ini, membuat Dinas Kesehatan Bantul meminta kepada masyarakat yang mengalami gejala untuk segera memeriksakan ke rumah sakit atau puskesmas. Perlu diketahui bahwa gejala leptospirosis antara lain demam secara mendadak, kemudian pusing, mata merah, badan lemas dan disertai nyeri pada betis. "Kami pastikan untuk obat Leptospirosis juga sudah tersedia di sejumlah fasilitas kesehatan," ucapnya.Asal Mula Penyebab Leptospirosis
Abednego Dani Nugroho juga menjelaskan, potensi penyebaran penyakit ini semakin meningkat pada musim penghujan dimana penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini dapat ditularkan melalui hewan pengerat seperti tikus dan kelinci. Meskipun disebut penyakit kencing tikus, leptospirosis ini tidak selalu berasal dari urin tikus. Bisa jadi penyakit ini juga berasal dari air liur tikus yang tercampur dalam genangan air. Ia pun menghimbau kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan selalu memperhatikan kebersihan lingkungan rumah agar tidak dijadikan sarang tikus. Abednego juga berpesan agar masyarakat dapat menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu bot ketika berada atau beraktivitas ditempat dengan genangan air. "Kami imbau agar masyarakat berhati-hati, terutama bagi masyarakat yang sering beraktivitas di tempat berair seperti di sawah. Apalagi lagi pada kondisi hujan seperti sekarang," tandasnya.**** (Kontributor: Wahyu Turi) Baca artikel menarik lainnya di Harianesemarang.com.
1