Berita , D.I Yogyakarta
Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 Tunjukkan Kota Yogyakarta dalam Menjaga Suluh Peradaban

Sementara itu, Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, menyampaikan bahwa kompetisi ini merupakan ruang penting bagi masyarakat untuk mengekspresikan kecintaan terhadap sastra Jawa sekaligus sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai luhur di dalamnya.
“Kompetisi ini bukan hanya lomba, tetapi ruang edukasi budaya yang terbuka. Kami ingin masyarakat tidak hanya melestarikan, tetapi juga mengaktualisasikan sastra Jawa sebagai media ekspresi yang hidup di ruang-ruang publik,” ujar Ismawati.
Ia menambahkan bahwa kompetisi ini merupakan bagian dari upaya pelestarian yang berkelanjutan. Tiga pemenang terbaik dari masing-masing kategori akan mewakili Kota Yogyakarta di ajang serupa tingkat DIY pada September 2025, sekaligus berkesempatan mengikuti berbagai program kebudayaan kota.
“Kami berharap kegiatan ini terus menjadi wadah yang mempertemukan komunitas, akademisi, dan pelaku budaya. Dengan begitu, jejaring pelestarian sastra dan aksara di Yogyakarta akan makin kuat dan nilai-nilai budaya tetap hidup di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Salah satu juri lomba mendongeng, Landung Simatupang, menegaskan bahwa tradisi mendongeng, khususnya dalam bahasa ibu, memegang peran penting dalam perkembangan peradaban manusia dari masa ke masa.
Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai media pendidikan dan penanaman nilai, tetapi juga sebagai refleksi budaya melalui komunikasi lisan.
Daya persuasif dongeng tergolong tinggi, karena selain menghibur, cerita-cerita lisan mampu merangsang imajinasi, membebaskan cara berpikir, serta mengajak pendengar untuk menyimpulkan sendiri pesan-pesan moral dan nilai-nilai kebudipekertian yang kerap tersembunyi di balik alur kisahnya.****