HARIANE - Pada momentum tertentu seperti peringatan HUT RI, Rasulan, Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul, ataupun pada lomba desa, pasti terlihat banyak sekali bendera atau umbul-umbul berwarna kuning dan merah yang terpasang di sepanjang jalan.
Umbul-umbul khas Gunungkidul tersebut bernama Podang Ngisep Sari yang memiliki filosofi tersendiri untuk Bumi Handayani.
Tak sedikit yang beranggapan bahwa umbul-umbul tersebut hanya sebatas kain yang dipasang untuk meramaikan acara di sebuah wilayah.
Kepala Seksi Sejarah dan Permuseuman Bidang Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman Kundha Kabudayan Gunungkidul, Sukasno mengatakan, umbul-umbul Podang Ngisep Sari merupakan sebuah icon untuk Gunungkidul yang diberikan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dimana memiliki makna yang sangat mendalam bagi Gunungkidul karena mengandung pengertian mengisap potensi alam yang menguntungkan masyarakatnya.
Ia menjelaskan, Podang Ngisep Sari diartikan sebagai burung Podang yang tengah menghisap madu bunga yang kemudian diinterpretasikan sebagai berikut ini. Podang adalah segenap lapisan masyarakat Gunungkidul.
Kemudian Nginsep adalah usaha yang dikakukan untuk menghisap atau mengambil manfaat dari potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Mengingat Gunungkidul memiliki potensi alam yang begitu lar bisa. Tentunya dalam mengambil potensi ini dilakukan untuk saling menguntungkan dan tidak merusak lingkungan.
Sedangkan Sari mengambarkan bunga yang diartikan potensi Gunungkidul dari alam mini berupa flora, fauna, mineral dan lainnya.
“Makna dari umbul-umbul Podang Ngisep Sari seperti itu. Jadi tidak sekedar bendera atau umbul-umbul untuk memeriahkan suatu kegiatan di sebuah daerah saja,” terang Sukasno, Jumat, 23 Agustus 2024.
Lebih lanjut ia mengatakan, dulunya Podang Ngisep Sari ini bernama panji-panji yang pemasangannya juga dimaksudkan sebagai alat penunjuk eksistensi Kasultanan.
Bentuknya dulu berupa bendera atau panji-panji berlatar kuning dan ditengahnya terdapat lingkaran merah menyerupai bendera Jepang.