Melewati dengan Santai, Inilah Tips Menghadapi Quarter Life Crisis
HARIANE – Kebanyakan orang, ketika sadar dirinya mengalami quarter life crisis atau krisis identitas di kisaran usia seperempat abad, selalu mempertanyakan bagaimana tips menghadapinya kepada orang lain.
Padahal, cara untuk menghadapi masa quarter life crisis pada setiap orang akan berbeda-beda. Tentu karena hal tersebut tips yang diberikan pun belum tentu dapat diterapkan pada orang lain.
Orang yang menghadapi masa quarter life crisis tersebut dengan emosi yang susah terkontrol, kegalauan, amarah dan sebagainya akan memberikan tips yang berbeda ketika orang tersebut menghadapi dengan kebahagiaan.
Dilansir dari channel Youtube Satu Persen – Indonesian Life School yang diunggah pada Minggu, 17 Januari 2021 lalu, ternyata terdapat beberapa tips untuk menghadapi fase ini dengan santai tanpa perlu mencemaskan banyak hal lagi.
Dilihat dari pengertiannya, Quarter life crisis merupakan suatu periode dimana orang tersebut akan merasakan banyak ketidakpastian dan selalu bertanya-tanya mengenai persoalan-persoalan hidup yang sedang dialami yang mana hal tersebut dapat membuat orang yang mengalaminya akan merasa cemas, overthinking dan gelisah.
Menurut teori Psikologi Perkembangan, quarter life crisis ini sering terjadi pada usia dewasa awal karena banyak hal yang dialami dan banyak hal yang menjadi sorotan yang terjadi pada hidup seseorang tersebut.
Pada masa dewasa awal ini, yang dimulai pada umur 18 tahun keatas, seseorang akan memulai untuk membangun hubungan yang intim terhadap orang lain.
Selain itu, pada masa dewasa awal ini terdapat pula orang yang dihadapkan pada berbagai pilihan karir yang akan dipilih.
Seperti ingin bekerja di mana, pada bagian apa, bagaimana cara untuk mendapatkan pekerjaan tersebut dan sebagainya.
Akan tetapi, terdapat hal yang lebih menarik ketika seseorang menghadapi masa quarter life crisis ini adalah persoalan-persoalan yang terjadi akan kerterkaitan satu dengan lainnya.
Seperti ketika memilih karir akan berhubungan dengan keluarga, apakah harus keluar dari rumah atau tetap berada di rumah, apakah nanti ketika sudah mendapatkan pekerjaan bisa meluangkan waktu dengan keluarga dan lain sebagainya.
Pada masa ini memang hanya diri sendiri yang dapat memahami seberapa penuhnya pikiran untuk memikirkan hal-hal tersebut.
Tags