Berita , D.I Yogyakarta
Muncul Tempat Pengelolaan Sampah Ilegal di Pandak Bantul, Warga Keluhkan Bau dan Asap Pembakaran
HARIANE - Beberapa lokasi pengelolaan sampah ilegal kembali ditemukan hingga dikeluhkan karena mengganggu aktivitas warga. Bisnis pengelolaan sampah ilegal itu berada di Dusun Kwalangan RT 1, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Bantul.
Pantauan hariane.com di lokasi, pengelolaan sampah itu berada dekat dengan pemukiman warga. Sampah-sampah itu dikumpulkan disebuah lahan yang tertutup oleh pagar besi. Tampak sebuah cerobong yang menjulang tinggi, dengan sisa sampah yang belum sempat dibakar.
Tak jauh dari lokasi pertama, kembali ditemukan tumpukan sampah di sebuah pekarangan. Tumpukan sampah terlihat begitu banyak, hingga ke pinggir jalan.
Ketua RT setempat, Waluyo menyebut aktivitas pengolahan sampah ilegal tersebut telah terjadi sejak lama. Sampah-sampah yang terkumpul lalu dibakar oleh pemilik usaha. Ada tiga tempat pengolahan sampah di wilayah itu, dua merupakan milik warga setempat dan satu milik warga pendatang.
"Ya, mulai pertama masuk sampah itu dari warga pendatang. Lokasinya ada di RT dua. Dia dulu sebenarnya itu satpam perumahan dulu di Sleman. Terus suruh ngelola sampah di perumahan itu. Nah, kayaknya kok mungkin, ya, penghasilannya lebih dari jadi satpam. Dia keluar jadi satpam terus ngelola itu, terus makin lama makin banyak pelanggan. Nah, terus dia merekrut orang sini. Padahal dia belum apa belum pindah KTP," katanya ditemui, Jumat (23/5/2025).
Waluyo menceritakan, awalnya pemilik usaha itu hanya membawa pulang sampah-sampah yang masih memiliki nilai ekonomi, seperti kardus dan botol-botol platik. Tetapi, setelah penutupan TPST Piyungan, pemilik usaha membawa pulang beragam sampah, sehingga menimbulkan bau.
Sampah-sampah itu, kata dia, dibakar. Lalu ada pula yang dibuang ke selokan, dengan maksud agar terbawa air menuju ke sungai saat hujan.
Melihat peluang tersebut, beberapa warga kemudian ikut melakukan usaha serupa. Mereka menampung sampah dari luar daerah, lalu dibawa pulang dan dibakar.
Sayangnya, semakin lama, aktivitas itu mengganggu warga sekitar. Selain karena menimbulkan bau tak sedap, warga juga terganggu karena munculnya asap pembakaran.
"Dari warga itu sebenarnyanya juga keberatan. Tetap menolak. Kalau dulu pas masih pembakaran, jam siang itu sudah kabut. Kabut asap sampah. Terus kalau malam itu (asap pembakaran) sudah masuk ke rumah semua," ujarnya.
Bahkan, tak sedikit anak-anak yang memiliki penyakit pernapasan ikut terdampak. Salah satunya adalah putrinya sendiri.
Saat ini, aktivitas pembakaran tak sesering dulu. Namun warga masih tetap terganggu karena adanya tumpukan sampah yang tidak dibersihkan.