HARIANE – Kemenag Gunungkidul menyebut ada satu jemaah haji asal Kabupaten Gunungkidul yang saat ini tengah dirawat di Rumah Sakit An Nur, Mekah, Arab Saudi.
Jemaah tersebut dilarikan ke rumah sakit pada Senin (09/06/2025) karena kelelahan saat melaksanakan puncak ibadah haji, sehingga harus mendapatkan penanganan dari petugas medis.
"Saat ini jemaah masih dirawat di rumah sakit untuk proses pemulihan. Diduga mengalami kelelahan dan dehidrasi akibat cuaca yang cukup panas saat melaksanakan puncak ibadah haji kemarin," ungkap Kepala Kemenag Gunungkidul, Mukotip.
Pihaknya juga terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan kondisi jemaah tersebut, serta memastikan kondisi jemaah lainnya tetap sehat hingga kepulangan ke Tanah Air.
Lebih lanjut, Mukotip menjelaskan bahwa pada pelaksanaan puncak haji kemarin terdapat perbedaan skema dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah Arab Saudi membatalkan skema tanazul bagi seluruh jemaah haji, termasuk dari Indonesia. Akibatnya, para jemaah tidak bisa kembali ke hotel lebih cepat setelah melontar jumrah di Jamarat.
"Skema ini diterapkan agar para jemaah lansia tidak kelelahan saat menjalani rangkaian ibadah. Mereka mendapatkan layanan khusus melalui skema murur, dengan total 87 jemaah," imbuhnya.
Setelah ibadah wukuf di Arafah, jemaah haji kemudian langsung melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah tanpa turun dari bus, dan dilanjutkan menuju Mina.
"Dengan skema murur yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi, pelaksanaan ibadah haji menjadi lebih aman bagi jemaah kami. Sebab jemaah yang tergabung dalam Kloter 69 SOC tidak ada yang terlantar, baik di Arafah, Muzdalifah, maupun di Mina," jelasnya.
Sementara itu, Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kantor Kemenag Gunungkidul, Taufik Ahmad, mengatakan bahwa jumlah jemaah dari Kloter 69 SOC sebanyak 272 calon jemaah haji (CJH) asal Kabupaten Gunungkidul. Mereka diberangkatkan ke Tanah Suci dari Masjid Agung Al Ikhlas, Wonosari, pada Rabu (21/5/2025) lalu.
Namun, pada hari pemberangkatan, satu calon jemaah tidak bisa ikut serta karena menjalani perawatan di rumah sakit di Yogyakarta. Sehingga, hanya 271 orang yang berangkat ke embarkasi.
Pada 22 Mei 2025, saat dilakukan pemeriksaan kesehatan di embarkasi menjelang keberangkatan, satu jemaah dinyatakan tidak lolos pemeriksaan kesehatan. Karena yang batal berangkat adalah seorang perempuan, maka suaminya pun memutuskan untuk tidak ikut berangkat.
"Jadi, ada tiga orang yang batal berangkat haji tahun ini. Jika kondisi memungkinkan, mereka akan diberangkatkan pada tahun depan," ujar Taufik Ahmad.