Berita , D.I Yogyakarta
Wamendiktisaintek Stella Crhistie: Perguruan Tinggi Seni sebagai Ujung Tombak Diplomasi
HARIANE – Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menegaskan peran krusial institusi seni di Indonesia sebagai alat diplomasi budaya yang efektif. Ia juga menyoroti pentingnya pengembangan riset formal di bidang seni sebagai langkah awal.
Menurutnya, pemikiran bahwa institusi seni dapat dengan cepat mencapai standar universitas kelas dunia bukanlah hal yang berlebihan.
"Justru institut seni kitalah yang paling bisa mencapai status world-class university dalam jangka pendek," ungkap Stella usai menjadi pembicara dalam seminar di ISI Yogyakarta, Selasa (8/7/2025).
Stella menjelaskan bahwa Kemendiktisaintek mendorong tiga pilar utama untuk mencapai tujuan tersebut. Pertama, diplomasi langsung dengan mendorong lebih banyak riset formal di bidang kesenian.
Tujuannya adalah agar seni Indonesia dapat disusun secara terstruktur dan terorganisasi, sehingga menjadi rujukan bagi siapa pun yang ingin memahami seni Indonesia secara menyeluruh.
Kedua, lanjutnya, adalah penyediaan dana riset yang memadai untuk mendukung upaya tersebut. Ketiga, dan tak kalah penting, adalah penerapan kebijakan yang mengutamakan kualitas riset.
Stella juga mengapresiasi keberadaan jurnal bereputasi seperti Resita milik ISI Yogyakarta di bidang seni, yang menurutnya menjadi alat diplomasi yang ampuh untuk memperkenalkan kualitas seni Indonesia ke tingkat global.
"Ini sangat penting sekali. Inilah sesungguhnya alat diplomasi kita yang sangat bisa mendunia, agar kita bukan saja dikenal, tapi juga diakui memiliki kualitas yang tinggi," tegas Stella.
Ia menambahkan, berdasarkan observasi terhadap universitas-universitas terkemuka dunia seperti Harvard dan Stanford, bangunan paling megah dan ikonik di sana bukanlah laboratorium sains, melainkan museum dan gedung pertunjukan seni.
Hal ini menggarisbawahi bahwa seni merupakan bagian tak terpisahkan, bahkan sangat vital, dalam memacu keunggulan dan kemajuan sebuah universitas.
Sementara itu, Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, menyatakan bahwa meskipun jumlah perguruan tinggi seni di Indonesia masih terbatas, ia tetap optimis terhadap masa depan seni sebagai pilar penting kemajuan bangsa.
"Bahwa kami percaya diri untuk bisa mendukung negara dari sisi ini," ujarnya.****