HARIANE - Hukum telat qadha puasa menjadi informasi yang penting untuk diketahui oleh seorang muslim untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bulan suci Ramadhan.
Di mana puasa merupakan salah satu ibadah wajib yang perlu dipenuhi oleh setiap muslim dan dikecualikan bagi muslim yang terlanjur membatalkan puasanya di bulan Ramadhan karena sakit dan lain hal, sehingga harus mengganti di bulan yang lain.
Lantas apa yang perlu dilakukan jika telat meng-qadha puasa hingga Ramadhan berikutnya tiba? Berikut informasi selengkapnya yang bisa disimak di bawah ini.
Hukum Telat Qadha Puasa Hingga Ramadhan Berikutnya Tiba
Terdapat kewajiban untuk membayar fidyah di samping meng-qadha puasa yang pernah ditinggalkannya.
والثاني الإفطار مع تأخير قضاء) شىء من رمضان (مع إمكانه حتى يأتي رمضان آخر) لخبر من أدرك رمضان فأفطر لمرض ثم صح ولم يقضه حتى أدركه رمضان آخر صام الذي أدركه ثم يقضي ما عليه ثم يطعم عن كل يوم مسكينا رواه الدارقطني والبيهقي فخرج بالإمكان من استمر به السفر أو المرض حتى أتى رمضان آخر أو أخر لنسيان أو جهل بحرمة التأخير. وإن كان مخالطا للعلماء لخفاء ذلك لا بالفدية فلا يعذر لجهله بها نظير من علم حرمة التنحنح وجهل البطلان به. واعلم أن الفدية تتكر بتكرر السنين وتستقر في ذمة من لزمته.
Artinya, “(Kedua [yang wajib qadha dan fidyah] adalah ketiadaan puasa dengan menunda qadha) puasa Ramadhan (padahal memiliki kesempatan hingga Ramadhan berikutnya tiba) didasarkan pada hadits, ‘Siapa saja mengalami Ramadhan, lalu tidak berpuasa karena sakit, kemudian sehat kembali dan belum mengqadhanya hingga Ramadhan selanjutnya tiba, maka ia harus menunaikan puasa Ramadhan yang sedang dijalankan, setelah itu mengqadha hutang puasanya dan memberikan makan kepada seorang miskin satu hari yang ditinggalkan sebagai kaffarah,’ HR Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi.
Jika muslim yang senantiasa bersafari seperti pelaut atau orang sakit hingga Ramadhan berikutnya tiba, orang yang menunda karena lupa, atau orang yang tidak tahu keharaman penundaan qadha.
Tetapi jika muslim tersebut hidup membaur dengan ulama karena samarnya masalah itu tanpa fidyah, maka ketidaktahuannya atas keharaman penundaan qadha bukan termasuk udzur, sehingga alasan seperti itu tidak bisa diterima.
“beban fidyah itu terus muncul seiring pergantian tahun dan tetap menjadi tanggungan orang yang yang berhutang (sebelum dilunasi),” keterangan Syekh Nawawi Banten.
Sehingga dapat diketahui bahwa, dalam hukum telat qadha puasa terkait ketidak sempatan qadha puasa hingga Ramadhan berikutnya tiba disebabkan karena sakit, lupa, atau memang kelalaian menunda-tunda. Maka tentu yang bersangkutan wajib meng-qadha dan juga membayar fidyah sebesar satu mud untuk satu hari hutang puasanya.