Berita , Teknologi
Di Era AI, Wanita Makin Beresiko Jadi Korban Sextortion dan Deepfake Pornografi
HARIANE - Hadirnya teknologi kecerdasaan buatan (AI) membawa wanita makin beresiko menjadi korban pemerasan seksual (Sextortion) melalui deepfake pornografi.
Kehadiran AI (Artificial Intelligence) menjanjikan kemudahan bagi manusia dalam banyak hal. Mulai dari analisis data bidang informatika hingga analisa penyakit dan pengembangan obat di dunia medis.
Tapi, di sisi lain perkembangan teknologi ini justru makin memperbesar risiko wanita menjadi korban sextortion dan deepfake pornografi.
Terlebih, jika mengingat Indonesia merupakan negara dengan tingkat Sextortion tertinggi di Asia.
Kasus Deepfake Pornografi
Baru-baru ini misalnya. Adik Raffi Ahmad, Syahnaz Sadiqah diduga jadi salah satu korban kecanggihan kecerdasan buatan ini.
Beberapa hari pasca kabar perselingkuhannya dengan Rendy Kjarnett mencuat ke publik, sebuah video yang mirip dengan Syahnaz melakukan persetubuhan dengan seorang pria tersebar dan viral melalui media sosial.
Meski sampai saat ini belum diketahui sumber atau keasliannya, banyak yang meyakini bahwa video tersebut adalah hasil rekayasa teknologi atau deepfake pornografi.
Terbaru, salah seorang tiktoker, Safira Hunar juga menjadi korban penyalahgunaan AI.
Foto vulgar atau tak senonoh dengan wajah tiktoker 19 tahun tersebut beredar di media sosial yang sempat membuatnya depresi.
Lalu, Apa itu Deepfake Pornografi?
Istilah 'deepfake' sendiri sebenarnya sudah mulai diperkenalkan pada 1997 oleh Christoph Bregler, Michele Covell, dan Malcolm Slaney.