“Saya punya skill dan ingin memajukan perekonomian warga sekitar biar ikut kebahagian yang saya rasakan,” ujarnya.
Warung makan Ingkung Pak Budi ini masih dipegang oleh generasi pertama dengan makanan yang dimasak langsung oleh pendirinya.
Alasan utama Budi terjun langsung ke dapur tak lain tetap ingin mempertahankan kualitas dan ciri khas masakan.
Untuk kualitas makanan sendiri, salah satunya Budi harus memasak ingkung selama 1,5 jam kemudian didinginkan agar bumbu dimasak dan selanjutnya dimasak lagi sebelum dihidangkan.
Karena lulusan koki hotel, Budi mengetahui betul standar penjualan makanan, termasuk kehigienisan sajian ingkung.
“Higienis bukan soal bersih tetapi juga sehat bebas dari bakteri jadi seminim mungkin terkena sentuhan tangan. Saya yakin ingkung itu lebih sehat dibandingkan ayam goreng karena kandungan kolesterolnya jauh lebih rendah,” tuturnya.
Budi yakin, ciri khas masakannya yang dari segi rasa merata antara manis, asin, dan gurih, penyajiannya pun dibuat berbeda dengan warung makan yang lain.
Untuk menemukan resep itu pun ia mengaku telah melalui proses yang tidak sebentar.
“Yang jelas semua lidah bisa menerima. Bahkan untuk menemukan rasa yang paten itu tidak semudah itu tidak cukup enam bulan, saya sudah buka warung makan tapi masih belajar membuat resep yang tepat. Setiap tamu saya tanyai kurang apa kelebihan apa, jadi memikirkan juga rata-rata orang tidak cocoknya sama rasa yang gimana agar dievaluasi terus,” jelas dia.
Untuk menikmati tempat makan di Jogja ini harga yang dipatok mulai Rp 60 ribu sampai Rp 155 ribu dan beroperasi setiap hari mulai pukul 09.00-21.00 WIB.
Lokasinya pun mudah ditemui karena terletak tepat dipinggir jalan dengan bangunan berciri khas Jawa.
Selain bisa menikmati ingkung harga terjangkau buatan mantan koki hotel, pelanggan Ingkung Pak Budi juga disuguhkan pemandangan hamparan sawah di sekitar lokasi yang tentunya semakin menambah nuansa tradisional.****