HARIANE – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mendapatkan jatah lima keluarga transmigran pada tahun 2025 ini. Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2024 lalu yang hanya mendapat jatah dua KK transmigran.
Sementara itu, minat terhadap program transmigrasi terbilang cukup tinggi. Dinas Tenaga Kerja Kulon Progo melakukan seleksi terhadap para calon transmigran (Catrans) yang akan diberangkatkan tahun ini. Seleksi tersebut berlangsung selama dua hari, Rabu hingga Kamis (16–17/7/2025), dan diikuti oleh 17 KK. Seleksi yang dilakukan meliputi pemeriksaan administrasi dan wawancara.
Pengantar Kerja Bidang Hubungan Industrial dan Transmigrasi Disnaker Kulon Progo, Dedy Santoso, mengatakan bahwa pada hari pertama (Rabu), seleksi dilakukan terhadap sembilan KK, sedangkan sisanya diseleksi pada hari kedua.
Seleksi administrasi mencakup kelengkapan berkas, sedangkan wawancara berfokus pada motivasi serta alasan mengikuti program transmigrasi.
“Hasil seleksi akan segera diumumkan karena pada akhir bulan ini nama-nama yang terpilih sebagai Catrans sudah harus disetorkan,” kata Dedy Santoso, Kamis (17/7/2025).
Setelah disetorkan, warga yang terpilih akan mengikuti pelatihan selama sepekan yang diselenggarakan oleh Kementerian Transmigrasi. Pelatihan tersebut diperkirakan akan digelar pada 8 Agustus 2025 di Sleman.
Adapun pemberangkatan para transmigran direncanakan paling cepat pada akhir November 2025. Mereka akan ditempatkan di Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah.
“Jumlah pendaftar tahun ini sebanyak 17 KK, cukup banyak. Ini menandakan bahwa minat transmigrasi di Kulon Progo masih tinggi. Awalnya kami hanya mendapat kuota 2 KK pada 2025, tetapi karena banyaknya peminat, kuota ditambah menjadi lima KK. Jika tahu peminat sebanyak ini dari awal, kami akan minta penambahan kuota hingga 10 KK dari provinsi,” ujarnya.
Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Transmigrasi Disnaker Kulon Progo, Farida Ariyani, menambahkan bahwa para Catrans yang mengikuti seleksi berasal dari Kapanewon Galur, Lendah, Temon, Girimulyo, Samigaluh, dan Kokap.
“Mayoritas mengikuti program ini karena ingin memperbaiki nasib. Sebagian besar Catrans yang ikut seleksi bekerja sebagai buruh tani,” ujar Farida.
Di lokasi baru nantinya, para Catrans akan mendapatkan lahan tempat tinggal yang statusnya bisa menjadi hak milik serta lahan usaha yang berstatus hak guna.****