Berita , Nasional , Jabodetabek
Narasi Empatik Jadi Kunci Keberhasilan Gerakan Lingkungan & Sosial di Indonesia

“Kekuatan masyarakat sipil adalah kekuatan-kekuatan kecil yang saling terhubung dan bekerja sama,” imbuhnya.
Sementara itu, Impact Strategy and Partnership Lead Purpose, Michelle Winowatan, mengatakan bahwa gerakan sosial rentan terhadap disinformasi dan kebisingan buzzer yang mengaburkan informasi.
“Perlu ada komunikator yang kredibel dan terpercaya di berbagai isu,” ujar Michelle.
Ia menjelaskan bahwa survei terbaru Purpose menunjukkan masyarakat Muslim Indonesia paling percaya kepada pemuka agama dalam isu lingkungan.
“Kepercayaan dan kredibilitas berpotensi melahirkan aksi yang lebih besar, karena kepercayaan dianggap lebih penting daripada sekadar kebenaran,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan hyperlocal yang lebih efektif untuk konteks demografi Indonesia.
“Pesan utama perlu disesuaikan dengan masyarakat yang beragam. Sebetulnya mereka punya pengetahuan dan kapabilitas, namun sering terhambat secara struktural,” imbuhnya.
Aktor sekaligus aktivis lingkungan, Nicholas Saputra, menyatakan bahwa kampanye yang berfokus pada satu isu secara alami lebih mudah dijalankan.
“Memang sulit membuat satu isu spesifik relevan bagi jutaan orang, tetapi bekerja dengan komunitas kecil lebih mudah karena itu isu yang benar-benar kita pahami,” jelas Nicho.
Ia menambahkan bahwa pola-pola kampanye seperti ini menjadi semacam antitesis dari dominasi algoritma media sosial.
“Namun tetap saja ada godaan untuk disukai dua juta orang,” sambungnya.
Indonesia Country Director Purpose, Longgena Ginting, menyatakan bahwa dampak paling bermakna dari gerakan sosial adalah yang dibangun bersama melalui pendekatan berbasis cerita, komunikasi, dan aksi komunitas.