Berita , D.I Yogyakarta
Pasokan Es Balok Kurang, Nelayan Gunungkidul Keluhkan Ikan Tangkapannya Cepat Busuk
HARIANE - Sejumlah nelayan di Pantai Sadeng, Kapanewon Girisubo, Gunungkidul mengeluh karena ikan hasil tangkapan mereka cepat membusuk. Hal ini dikarenakan pasokan es balok yang digunakan untuk mengawetkan ikan terbilang kurang.
Saat ini, pasokan es balok masih tidak dapat menunjang jumlah ikan tangkapan para nelayan, baik yang masih di laut maupun di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selama ini, para nelayan harus menunggu pasokan es balok dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunungkidul, Rujimanto mengatakan, tangkapan ikan di perairan laut selatan akhir-akhir ini sudah tidak segar lagi, karena harus menunggu suplai es balok dari luar daerah dan jumlahnya yang sedikit. Hal itu tentunya membuat harga ikan menjadi anjlok.
"Persoalan minimnya es balok sebenarnya sudah terjadi sejak lama, memang dari pemerintah ada pabrik es tapi skalanya kecil, kalau menunggu dari luar daerah ikan sudah membusuk," keluhnya kepada awak media pada Minggu, 30 Juni 2024.
Sebagai contohnya ialah di TPI Pantai Sadeng. Rujimanto menjelaskan, bahwa ikan-ikan yang belum sempat didistribusikan ke lokasi tujuan, jadi membusuk akibat kurangnya pasokan es balok.
Padahal, dalam sehari para nelayan di Pantai Sadeng dapat menangkap ikan berkapasitas hingga 70 ton. Pasokan es balok yang tidak beriringan dengan hasil tangkapan membuat para nelayan khawatir akan kualitas ikan tangkapannya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ketua Nelayan Pantai Sadeng, Sarban. Permasalahan jarak lintas kabupaten tentunya mempengaruhi berat es balok saat di perjalanan. Terlebih lagi dengan jumlah pasokannya yang tidak dapat memenuhi kuantitas tangkapan.
"Kalau terakhir kami menemukan 20 ton ikan tangkapan membusuk di gudang penyimpanan atau cold storage Pantai Sadeng," ujar Sarban.
Sarban juga mengungkapkan, ikan jenis Cakalang yang biasanya dijual seharga Rp 25 ribu per-kilogramnya, akibat kurangnya es balok membuat harganya anjlok menjadi Rp 4 ribu per-kilogramnya karena membusuk.
Dia mengatakan, dalam sekali pengiriman sebanyak 200 es balok disuplai ke Pantai Sadeng. Dalam waktu seminggu melaut, satu unit kapal nelayan paling tidak membawa sebanyak 60 es balok untuk mengawetkan ikan tangkapan selama masih diperairan.
"Kalau kapalnya berukuran besar bisa sampai 250 es balok, itu bagi kami kurang, apalagi banyaknya kapal yang hendak melaut," tambahnya.
Akibatnya, sebagian ikan tangkapan yang dibawa oleh kapal yang mendarat sudah tidak segar lagi. Ditambah, ikan-ikan yang disimpan dalam cold storage dalam beberapa hari usai di tangkap.