Berita , Nasional , D.I Yogyakarta
Refleksi Idul Fitri 1446 H, Haedar Nashir Ingatkan Umat Muslim Tumbuhkan Jiwa Khalifatullah fil Ardh

HARIANE – Pada Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan seluruh elemen masyarakat untuk memanfaatkan momen ini sebagai wahana introspeksi diri.
Haedar berharap di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, jiwa takwa, jiwa abdullah, dan jiwa khalīfatullāh fi al-ardh senantiasa membersamai kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam jiwa, alam pikiran, sikap, maupun tindakan.
Dengan demikian, baik sebagai warga, umat, maupun tokoh umat/bangsa, akan senantiasa menebarkan ketakwaan sebagai rahmat bagi semesta alam.
Selain itu, Haedar menyingkap bahwa perintah berpuasa sebagai rukun Islam bergerak dalam dimensi luas yang mencakup akidah, akhlak, dan muamalah duniawiyah.
Jika umat Muslim mengamalkan dan merenungi perintah berpuasa serta perintah Allah lainnya, baik dalam rukun Islam maupun rukun iman, maka setiap Muslim akan memancarkan kehanifannya dalam beragama.
“Sehingga dengan beragama, manusia tidak hanya menjadi pribadi yang saleh sebagai buah dari ibadah kepada Allah SWT, tetapi kesalehan itu juga terpancar dalam jiwa, pikiran, dan tindakan mereka. Kesalehan tersebut pun meluas ke keluarga, masyarakat, kehidupan bangsa, bahkan dalam relasi kemanusiaan global,” kata Haedar, Minggu (30/3/2025).
Dari kesalehan itu, akan tercipta kehidupan yang damai, bersatu, harmonis, dan toleran terhadap perbedaan. Berkat kesalehan itu pula, hidup menjadi lebih bijaksana dan bermartabat, yang pada akhirnya mengarah pada peradaban tinggi.
“Hidup beradab yang akan membawa pada peradaban yang luhur,” tegasnya.
Menurut Haedar, manusia baru yang berjiwa hanif dan beragama secara hanif akan menumbuhkan jiwa khalīfatullāh fi al-ardh yang senantiasa memakmurkan bumi, menyejahterakan sesama dan makhluk Tuhan lainnya, serta menciptakan kehidupan yang selaras dengan lingkungan semesta.
“Maka, siapa pun, baik sebagai warga, umat, maupun elit tokoh bangsa yang berkiprah dalam kehidupan kenegaraan serta berperan sebagai pemimpin negeri dan tokoh umat, harus memiliki akhlak mulia sebagai pantulan dari kesalehan sekaligus jiwa kekhalifahan di muka bumi,” jelasnya.
Dengan kesalehan itu, setiap pemimpin bangsa maupun pemimpin umat akan selalu berbuat yang benar, baik, pantas, dan patut dalam setiap aspek kehidupan, serta menjauhi hal-hal yang salah, buruk, dan tidak layak.
“Maka, dengan kesalehan, terlebih sebagai pemimpin bangsa dan umat, seseorang harus senantiasa menebarkan segala hal yang positif dalam kehidupan. Ia harus mampu menyejahterakan rakyat, memajukan bangsa, dan mencerdaskan kehidupan rakyat dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya.