Berita
WMO: Gelombang Panas 2023 Memperburuk Kualitas Udara, Lebih Parah Ketimbang Tahun Lalu
Pada 2022 gelombang panas yang disertai intrusi debu gurun di seluruh Eropa menyebabkan kualitas udara pada level yang berbahaya.
Namun gelombang panas 2023 saat ini disebut jauh lebih ekstrim dibandingkan gelombang panas 2022.
Juli adalah bulan terpanas sepanjang sejarah, dengan panas yang intens di banyak bagian belahan bumi utara dan hal ini berlanjut hingga Agustus.
Kebakaran hutan telah melanda sebagian besar wilayah Kanada, menyebabkan kerusakan dan kematian tragis di Hawaii, dan juga menimbulkan kerusakan besar serta korban di wilayah Mediterania.
Hal ini menyebabkan tingkat kualitas udara berbahaya bagi jutaan orang, dan mengirimkan awan asap ke Samudra Atlantik dan hingga ke Arktik.
Gelombang panas dan kebakaran hutan disebut memiliki hubungan yang erat dan bisa memperparah kondisi.
"Asap dari kebakaran hutan mengandung campuran bahan kimia yang memengaruhi tidak hanya kualitas udara dan kesehatan, tetapi juga merusak tanaman, ekosistem, dan tanaman. Selain itu juga menyebabkan lebih banyak emisi karbon serta lebih banyak gas rumah kaca di atmosfer," kata Dr. Lorenzo Labrador, seorang ilmuwan di WMO.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh gas rumah kaca yang memperburuk gelombang panas 2023 dari aktivitas manusia adalah ancaman global jangka panjang.
Selain berdampak buruk pada manusia, kualitas udara buruk juga berpengaruh negatif pada kesehatan ekosistem karena polutan udara seperti nitrogen, sulfur, dan ozon diserap oleh tanaman, merusak lingkungan dan mengurangi hasil pertanian.
Selain itu wilayah perkotaan sering terdiri dari bangunan dan infrastruktur yang mencapai ketinggian 100 m atau lebih bisa memengaruhi pola angin dan suhu dibandingkan dengan daerah pedesaan sekitarnya.
Gelombang panas 2023 saat ini dan perubahan iklim yang terjadi diperkirakan akan masih akan berlangsung di masa mendatang. ****
Baca artikel menarik lainnya di Harianejogja.com