HARIANE - Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga BI Rate sebesar -25 bps ke level 5,75 persen dengan deposit facility dan lending facility yang masing-masing juga turun -25 bps ke level 5 persen dan 6,5 persen.
Keputusan ini diluar ekspektasi konsensus yang memperkirakan BI Rate dipertahankan di level 6 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Perrry Warjiyo mengatakan keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan keseimbangan antara stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bank Indonesia sendiri memangkas outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dari kisaran +4,8–5,6% YoY menjadi +4,7–5,5% YoY seiring melemahnya konsumsi, lapangan kerja, investasi, dan ekspor.
"Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada 2025 dan 2026 tetap rendah sesuai target sebelumnya di kisaran 1,5–3,5% YoY versus inflasi 2024 sebesar 1,57% YoY," kata Perry dalam keterangan tertulisnya dikutip Kamis, 16, Januari, 2025.
Pemangkasan BI Rate sendiri terjadi di tengah pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir, yang didorong oleh ketidakpastian geopolitik, arah kebijakan pemerintah baru AS, dan menguatnya narasi higher–for–longer atas suku bunga AS.
Kemudian, lanjut Ferry, Bank Indonesia pun memutuskan untuk menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed selama 2025 dari -50 bps pada November 2024 menjadi hanya -25 bps seiring terhambatnya progres disinflasi akibat kenaikan tarif bea impor yang digagas presiden terpilih AS, Donald Trump.
ekspektasi Bank Indonesia tersebut sejalan dengan ekspektasi market berdasarkan analisis CME Fedwatch Tool per Rabu, 15, Januari. Perry menyebut bahwa kejelasan arah kebijakan dari Trump dan The Fed akan membantu meredakan volatilitas global.
"Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia akan terus melakukan intervensi di pasar obligasi, spot, dan domestic non–deliverable forward, serta mengoptimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI), dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI)," lanjut Perry.
Perry menyebut bahwa Bank Indonesia tengah menyiapkan SUVBI dan SVBI sebagai instrumen insentif tambahan bagi penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA), selain instrumen existing seperti term deposit valas dan FX swap.****