Berita , D.I Yogyakarta
Digelar di Hari Pertama Idul Fitri, Warga Antusias Berebut Gunungan saat Grebeg Syawal

HARIANE – Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Hajad Dalem Garebeg Syawal, Senin (31/3/2025).
Tak seperti biasanya yang diselenggarakan pada hari kedua Lebaran, Garebeg Syawal tahun ini dihelat pada hari pertama Idul Fitri.
Kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini tak hanya menarik warga setempat, tetapi juga wisatawan yang sedang berkunjung ke Jogja.
Ratusan orang pun tampak berebut gunungan yang mengisyaratkan keberkahan.
Koordinator Pelaksanaan Garebeg Syawal 2025/Je 1958, KRT Kusumanegara, mengatakan bahwa gelaran ini merupakan upacara budaya rutin yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari besar agama Islam, yakni Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Makna Garebeg Syawal ini secara singkat adalah perwujudan rasa syukur atas datangnya Idul Fitri, yang diwujudkan dengan memberikan rezeki kepada masyarakat melalui ubarampe gunungan yang berupa hasil bumi dari tanah Mataram," kata KRT Kusumanegara, Senin (31/3/2025).
Ia menyebut terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan, antara lain Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.
Gunungan Kakung yang berjumlah tiga masing-masing diperuntukkan bagi Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan.
Sementara jenis gunungan lain, yang masing-masing berjumlah satu buah, dibagikan kepada masyarakat di Masjid Gedhe bersama dengan satu Gunungan Kakung, serta satu Gunungan Pawuhan yang dibagikan kepada Abdi Dalem Pengulon.
"Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, akan dibawa oleh Kanca Abang melalui Regol Brajanala–Sitihinggil Lor–Pagelaran, keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe. Di Masjid Gedhe, setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan," jelasnya.
Salah satu wisatawan dari Bogor, Mamat, mengaku sejak masih remaja selalu antusias mengikuti tradisi yang digelar Keraton Yogyakarta ini.
"Kalau saya kecil di Jogja, sering nonton. Waktu kecil malah enggak pernah dapat, sekarang sudah tua, momong cucu malah dapat. Ini mau saya bawa dan bagikan cerita, 'Ini lho yang disebut Garebeg'," terang Mamat.