Budaya
Hajat Dalem Labuhan Parangkusumo: Tradisi Sakral Keraton Yogyakarta yang Penuh Makna
Ubarampe dilepas oleh KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, dan KPH Yudonegoro, yang merupakan mantu dalem Keraton Yogyakarta, sebelum diserahkan kepada abdi dalem untuk dilabuhkan ke laut.
Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi
Miyarto berharap generasi muda dapat lebih peduli terhadap pelestarian budaya.
"Saya harap anak muda tidak hanya sekadar tahu, tetapi juga memahami, mengenal, dan mencintai budaya ini. Nilai-nilai filosofisnya harus terus dilestarikan," katanya.
Senada dengan itu, Kusuma, seorang dosen UGM yang juga pelaku budaya, menilai bahwa prosesi labuhan adalah bagian dari kearifan lokal yang menyatu dengan alam.
"Saya kira perlu adanya pusat informasi di Parangkusumo saat acara berlangsung, agar masyarakat bisa lebih memahami nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini," ujarnya.
Antusiasme Wisatawan dalam Prosesi Labuhan
Selain sebagai warisan budaya, Labuhan Parangkusumo juga menarik perhatian masyarakat luas, termasuk wisatawan dari luar daerah.Rega Putra, seorang wisatawan asal Lampung, bahkan ikut serta dalam prosesi dan berhasil mendapatkan bunga hasil labuhan.
"Senang sekali bisa mengikuti tradisi ini. Saya akan membawa pulang bunga ini sebagai kenang-kenangan," katanya.
Sebagai bagian dari kekayaan budaya Yogyakarta, Labuhan Parangkusumo bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga simbol harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.****