HARIANE - Perhelatan busana Jogja Fashion Week (JFW) kembali digelar pada 22-25 Agustus di Jogja Expo Center (JEC) untuk kali yang ke-19.
Untuk kali ini, event tahunan tersebur mengangkat tema 'Fusion Fashion', yang dianalogikan sebagai upaya mewujudkan Yogya sebagai pusat fasyen dunia.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti mengatakan, tahun ini JFW menargetkan omzet sebesar Rp 2 miliar di mana target ini empat kali lipat lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Namun pihaknya optimis jika omzet tersebut dapat tercapai, mengingat banyak strategi yang dilakukan untuk kegiatan tahunan ini.
"Iya karena ada beberapa strategi yang kita lakukan ya, promosinya gencar sejak beberapa bulan yang lalu kita promosi gencar sekali. Kemudian selama pelaksanaan kita mengundang buyer khusus pakai undangan, kemudian sosialita-sosialita yang kelas menengah ke atas ya," kata Syam.
Ia menyampaikan, event JFW ini tidak hanya berhenti pada pameran saja, melainkan akan berlanjut dengan ekspor produk fashion DIY ke mancanegara.
Hal ini dapat terlihat dari nilai ekspor DIY pada tahun 2023 sebesar $ 472,3 Juta meski jumlahnya menurun dari tahun 2022 yakni sebesar $ 583 Juta.
"Penurunan ini disebabkan oleh kondisi penurunan ekonomi global dan geopolitik yang memanas. Tapi sampai pada bulan Juni tahun ini jumlah nilai ekspor DIY sudah mencapai $ 232,6 Juta. Ini tentu saja menjadi pemicu dan optimisme kita untuk bisa lebih meningkatkan lagi nilai ekspor DIY pada tahun ini," jelasnya.
Menurutnya, ekspor DIY selama beberapa tahun belakang masih didominasi pakaian jadi bukan rajutan, perabot dan penerangan rumah, barang dari kulit, anyaman dan juga rajutan. Tujuan utama ekspor masih ke negara-negara di Amerika, Jepang, Jerman, Australia dan Belanda.
"Dari data ekspor tersebut, produk pakaian jadi masih menempati urutan teratas. Ini berarti bahwa ekspor produk pakaian jadi masih sangat diminati dan memiliki prospek yang sangat baik ke depannya. Untuk itu, Pemda DIY terus berupaya untuk memajukan pelaku usaha fashion di Yogyakarta ini guna mendukung terwujudnya Jogja sebagai pusat Fashion Dunia, dan untuk meningkatkan ekspor produk fashion DIY ke mancanegara," terangnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono menambahkan, JFW tahun ini tak hanya diisi oleh desainer-desainer lokal, tetapi juga dari mancanegara. Hal itu juga dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Australia.
"Kehadiran tiga desainer dari Australia melalui program Emerging Designers Bootcamp in Yogyakarta, yang merupakan hasil kerja sama antara DIY dan Victoria, Australia, adalah bukti nyata dari eratnya hubungan ini. Saya percaya, kolaborasi ini akan semakin memperkaya industri fashion kita dan membawa pengaruh positif bagi para desainer muda yang terlibat," kata Beny.