Harianesia
Tak Kuasa Menampung Sampah Menggunung, Menanti Pemerintah Selesaikan Pekerjaan Rumah
"Pekarangan (lahan) saya dulu itu disitu (sambil menunjuk arah dekat TPA). Itu dulu sempat digusur tahun berapa saya lupa," ujar Wardani.
Wardani mengatakan bahwa beberapa rumah yang tidak jauh dari pusat sampah, sudah digusur untuk pabrik pengelolaan sampah, namun hingga saat ini pabrik tersebut tak kunjung ada.
"Sebelah barat itu sudah digusur, katanya mau buat tempat proses sampah," sebutnya.
Tidak hanya kebutuhan lahan, air tanah yang seharusnya bisa digunakan oleh masyarakat sekitar, telah tercemar karena sampah. Termasuk juga dengan tanah yang tidak dapat lagi ditanami apapun.
Salah satunya dirasakan adalah Puji, wanita yang beraktivitas sebagai petani ini, harus berjalan cukup jauh untuk mencapai lahan pertaniannya.
Hal ini lantaran tanah disekitar TPA Piyungan tidak subur lagi bahkan tidak banyak tanaman pertanian yang dapat tumbuh.
"Lahan pertanian saya itu di bawah sana jauh karena disekitar sini sudah tidak bisa ditanam apa-apa," keluhnya.
Dalam kesehariannya, Puji menggunakan air yang berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM). Terlebih jika musim kemarau tiba, sumber air di tempat tersebut sudah tidak ada lagi.
"Sehari hari untuk air, saya pakai PAM, soalnya disini sudah bau, terus pas musim kemarau kadang habis," ujar Puji.
Sampah Menopang Pencaharian
Namun dibalik gunungan sampah TPA Piyungan, terdapat ratusan orang yang menggantungkan rezeki disana. Puluhan truk hingga ratusan pencari sampah, setiap hari beraktivitas mengais rezeki di tempat ini.
Salah satu warga yang menggantungkan hidupnya di TPA Piyungan adalah Haryanto.