HARIANE - Mewaspadai penularan bakteri antraks, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul gencar memperketat pengawasan pada hewan ternak.
Sebelumnya, sebanyak 87 warga di Gunungkidul harus dirawat di rumah sakit dan seorang warga meninggal dunia akibat mengkonsumsi daging sapi mati kemaren (tiren) yang positif antraks.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Joko Waluyo mengatakan pihaknya kini memperketat pengawasan hewan ternak baik dari luar maupun dalam kabupaten.
"Antisipasi dengan memperketat pengawasan hewan ternak di beberapa kecamatan yakni Pleret, Imogiri dan Piyungan dan yang melewati Gunungkidul," ujar Joko Waluyo saat dihubungi Hariane, Sabtu 8 Juli 2023.
Pengawasan dan pengecekan dilakukan oleh Puskeswan jika ada ternak yang terindikasi antraks baik di beberapa lokasi peternakan warga.
"Baik peternakan pribadi ataupun kelompok, kami terjun langsung melihat kesehatan dan perawatan hewan oleh peternak," ucapnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga gencar melakukan pemantauan di pasar-pasar tradisional untuk memantau kondisi daging sapi maupun kambing yang dijual di pasaran.
"Sosialisasi hingga penyemprotan disinfektan di kandang juga kami lakukan untuk mengantisipasi antraks," ucapnya.
Hingga saat ini, Joko Waluyo memastikan hewan ternak di Kabupaten Bantul belum ada yang memiliki gejala maupun terindikasi penularan virus membahayakan tersebut.
Joko Waluyo meyampaikan, jika ada hewan ternak dalam kondisi sakit agar segera melaporkan ke DKPP Kabupaten Bantul.
Terpisah, Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo mengatakan Lurah harus memonitoring wilayahnya terutama yang berbatasan langsung dengan Gunungkidul terkait penularan antraks ke hewan ternak.