Idul Fitri 1444H
Filosofi dan Sejarah Lebaran Ketupat, Tradisi yang Dilakukan Masyarakat Jawa Sejak Zaman Wali Songo
HARIANE – Banyak umat Islam di Indonesia, khususnya masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa tidak mengetahui filosofi dan sejarah Lebaran Ketupat.
Padahal ‘Lebaran’ yang dilaksanakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri ini selalu dirayakan tiap tahunnya.
Biasanya, Lebaran Ketupat diawali dengan kenduri yang dilakukan sejumlah warga di Musholla atau Masjid di suatu wilayah.
Masing-masing peserta yang hadir untuk kenduri juga membawa ketupat sendiri, lengkap dengan opor dan berbagai lauk lainnya.
Usai tahlilan, ketupat yang tadi dibawa kemudian dimakan bersama-sama. Keluarga lain yang dirumah juga turut merayakan momen tersebut dengan cara membagikan ketupat ke saudara dan tetangga.
Perlu diketahui, tradisi Lebaran Ketupat masing-masing daerah bisa saja berbeda. Meskipun begitu, maknanya tetaplah sama, yaitu sebagai simbol kebersamaan.
Sejarah Lebaran Ketupat
Berdasarkan informasi dari NU Online, sejarah Lebaran Ketupat memiliki kaitan erat dengan penyebaran agama islam oleh salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga.
Banyak masyarakat Jawa yang percaya kalau Sunan Kalijaga yang pertama kali mengenalkan kupat pada masa itu.
Menurut keterangan dari Budayawan bernama Zastrouw al-Ngatawi, tradisi kupatan muncul pada zaman Wali Songo dengan memanfaatkan tradisi selamatan yang sudah ada.
Tradisi Lebaran Kupatan kemudian dijadikan sarana untuk mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur, bersedekah dan bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri.