Berita , D.I Yogyakarta
Jogja Chinese Art & Culture Centre (JCACC) Gelar Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2025
HARIANE - Jogja Chinese Art & Culture Centre (JCACC) kembali menggelar Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) di Kampung Ketandan, kawasan Malioboro, pada 6-12 Februari 2025.
Kegiatan yang rutin digelar sebagai bentuk perayaan Tahun Baru Imlek ini menampilkan pagelaran seni budaya Tionghoa dan lokal, pentas seni, pameran seni budaya, serta stan bazar kuliner Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Ketua JCACC, Tandean Harry Setio, mengatakan hal yang membedakan gelaran tahun ini dibanding sebelumnya adalah sebagian kegiatan PBTY XX diadakan di panggung Teras Malioboro Ketandan. PBTY tahun ini mengusung tema "Seni Budaya Membentuk Karakter Bangsa."
"PBTY tahun ini bertema seni budaya membentuk karakter bangsa. Karakter bangsa ini tidak bisa langsung terbentuk secara instan. Karakter harus kita bangun sejak kecil. Seni budaya kita kenalkan dari generasi ke generasi bahwa seni budaya dapat mempersatukan," kata Harry.
Menurutnya, seni budaya bisa dinikmati semua kalangan dan setiap pihak bisa berkolaborasi dengan indah.
Dalam kegiatan PBTY tidak ada batas-batas atau sekat, baik dari segi arsitektural maupun heterogenitas yang bisa diterima dengan harmonis.
Oleh sebab itu, PBTY juga menjadi simbol toleransi dan wujud keberagaman kebudayaan di Yogyakarta.
Seni budaya Tionghoa yang ditampilkan antara lain atraksi liong samsi, naga barongsai, dan wayang po tay he.
Selain itu, terdapat pameran seni budaya di Rumah Budaya Kampung Ketandan Tionghoa yang dulunya merupakan rumah Kapiten Tan Jin Sing, atau dikenal sebagai Kanjeng Raden Tumenggung Secodiningrat.
“Rumah Budaya dulu, sekitar abad ke-18, adalah rumah Secodiningrat atau kapiten yang berkontribusi terhadap sejarah di Yogyakarta. Lokasinya berada di kawasan Pecinan yang dulunya sebagai tempat administrasi pajak. Kita angkat karena memiliki situs cagar budaya, baik dari segi bangunan maupun sejarah, dan menjadi salah satu pendukung sumbu filosofi Yogyakarta,” terangnya.
Ia menambahkan, tahun ini merupakan shio ular kayu dalam kalender Tionghoa. Harry menilai shio ular kayu melambangkan kehidupan dan perjuangan.
“Ular tidak bisa diprediksi, karena meskipun dirawat dari kecil bisa saja mematok. Jadi, di tahun-tahun ke depan, kita harus berhati-hati dan hemat. Namun, tetap harus berkembang dan selalu optimis,” ujarnya.