Jateng
Layanan Jasa Antar Jemput Mancing Tambaklorok, 25 Tahun Pengabdian Menerjang Gelombang
Hasil tangkapan para pemancing di Rumpon beraneka ragam, mulai dari Kerapu hingga ikan-ikan kecil dapat dijumpai. Beberapa ranting pohon besar dan rumah ikan buatan dibuat di tengah Rumpon sebagai rumah ikan-ikan yang akan dipancing.
Meskipun terlihat sederhana, Rumpon tersebut memakan biaya yang cukup besar dalam pembuatannya. Sukron bercerita jika belum lama ini ada Rumpon-rumpon yang amblas karena gelombang, dan biaya operasional membuatnya kembali sangatlah banyak.
"Baru kemarin itu Mas, rusak kena gelombang. Sekali renovasi atau buat bisa habis 20 juta," ucapnya.
Kehidupan AJM dan Tradisi yang Masih Dijaga Masyarakat Pesisir
Tidak jauh berbeda dari banyaknya masalah yang dihadapi orang-orang pesisir, ganasnya abrasi laut melahap inci demi inci pemukiman masyarakat.
Rumah dari Sukron pun tidak luput dari bencana alam tersebut. Dirinya mengaku selama 25 tahun lebih telah melakukan renovasi rumah sebanyak empat Kali.
Meninggikan rumah seakan budaya dari tahun ke tahun, yang juga mengikis jumlah masyarakat yang tinggal di sana.
"Di sini ya kalau mau hidup harus bisa renovasi rumah. Kalau tidak bisa ya pasti amblas, pindah sendiri jadinya," tegas Sukron.
Di antara polemik hidup masyarakatnya, masih ada tradisi turun temurun yang tetap dijaga dan dilakukan. Salah satunya 'Sedekah Laut' atau 'Larung Saji Kepala Kerbau'. Bagi masyarakat pesisir, hal tersebut dipercaya sebagai rasa syukur terhadap laut yang memberikan kehidupan mereka setiap harinya.
Termasuk salah satunya orang-orang seperti Sukron, yang bekerja tidak hanya sebagai Nelayan.
Pekerjaannya sebagai jasa antar jemput mancing Tambaklorok mau tidak mau harus cukup. Melangkah di tapal batas ekonomi dan mimpi hidup yang kian meredup.****