Berita , D.I Yogyakarta
Pameran Seni di Jogja, Langgeng Art Space - Ace House Collective Tampilkan Ratusan Karya dalam 3 Program

“Mas Teddy ini kami pikir adalah sosok yang legendaris dan inspiratif, terutama pada generasinya, di medio 1990-an dan awal 2000-an di kalangan seniman Yogyakarta,” sambungnya.
Sedangkan program Kiasmos menampilkan 21 karya dari 12 seniman yang berasal dari Bandung, Yogyakarta, dan Bali, serta dikuratori oleh Agung Hujatnikajennong.
Kiasmos (dari chiasm, bahasa Yunani yang berarti persilangan) dalam konteks pameran ini merujuk pada ruang subtil tempat di mana tubuh dan dunia saling menyusup.
Dalam proses penciptaan, seniman berjumpa dengan dunia melalui material, medium, ruang, waktu, dan tubuh. Segala hal yang terencana maupun yang tak terduga menjadi bagian dari percakapan dan persilangan antara diri dan dunia.
Persilangan itu juga terjadi saat seseorang mengapresiasi seni. Menatap lukisan bukan sekadar melihat, melainkan mengalami.
Tubuh bereaksi, pikiran mengembara, hati tersentuh, batas antara penikmat dan karya perlahan mengabur. Seseorang tidak lagi sepenuhnya berada di luar karya, karena karya itu sendiri membuka diri, menatap balik, dan mengundang masuk.
Semua jenis kesenian memang menawarkan ruang kiasmik, berbeda dengan seni lukis abstrak, di mana prosesnya berlangsung secara lebih khas.
Chiasm membantu seseorang melihat bahwa lukisan abstrak membuka interaksi relasional yang lebih dalam.
Lukisan abstrak tidak memaksa untuk “membaca” narasi atau mengenali citra. Ia hadir sebagai pengalaman visual langsung yang berbicara kepada indera.
Lukisan abstrak mengundang tubuh penikmatnya untuk merasakan. Tubuh menjadi pusat pengalaman yang aktif, yang menyerap dan menanggapi dunia dalam kepekaan yang mendahului penalaran.
Lukisan abstrak lebih dekat pada logika tubuh, karena ia menyentuh seseorang bukan lewat narasi, melainkan lewat intensitas warna, gerak garis, kedalaman tekstur, dan ritme visual.
“Melalui pameran ini, lewat tajuk Kiasmos, Mas Agung (kurator) mencoba memberikan sisi lain. Biasanya dalam ilmu pengetahuan Barat, seni abstrak dilihat secara formalis. Tetapi Mas Agung menawarkan hal-hal yang sangat ke-Indonesiaan, yang penuh dengan sentimentalitas dan sebagainya,” pungkas Tomi Firdaus, perwakilan dari Langgeng Art Foundation.****