Berita , D.I Yogyakarta

Tak Bisa Beroperasi, Kelompok Penambang Progo Kesulitan Cari Izin

profile picture Yohanes Angga
Yohanes Angga
Tak Bisa Beroperasi, Kelompok Penambang Progo Kesulitan Cari Izin
Ketua KPP Yunianto (kanan) dan pengurus KPP Lendah, Kulonprogo, Amin Kustomo (kiri) saat memberikan keterangan kepada media. Foto/Yohanes Angga.

HARIANE – Kelompok Penambang Progo (KPP) mengaku kesulitan mendapatkan izin Penambangan Rakyat (IPR). Dampaknya, mereka tak bisa beroperasi karena terganjal regulasi yang ada.

Ketua KPP, Yunianto, mengatakan bahwa kebijakan baru IPR yang melarang penggunaan pompa mekanik dinilai diskriminatif.

Di samping itu, regulasi yang sering berubah-ubah juga semakin menyulitkan mereka dalam memperoleh legalitas.

Ia mengatakan bahwa perubahan Undang-Undang Minerba Nomor 4 Tahun 2009 menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 membuat proses perizinan semakin sulit. Peraturan ini mengalihkan kewenangan perizinan IPR dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat.

"Karena pemerintah pusat tidak bisa mengurus seluruh Indonesia, sampai sekarang belum ada izin yang diterbitkan," tuturnya saat ditemui belum lama ini.

Selain itu, ia menyayangkan adanya peraturan yang melarang penambang rakyat menggunakan mesin pompa mekanik dengan kapasitas di bawah 25 PK.

Dalam aturan baru, mereka hanya diperbolehkan menambang menggunakan cara dan alat manual.

"Ini tidak manusiawi. Sekarang petani saja sudah menggunakan traktor, masa kami harus pakai linggis," tuturnya.

Yunianto menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 98 kelompok penambang Progo, masing-masing terdiri dari lima orang atau lebih. Namun, karena belum mendapatkan izin, mereka terpaksa menganggur.

"Sebetulnya, yang terdampak itu bukan hanya penambang, tapi juga sopir, pedagang makanan, dan tentunya keluarga kami," katanya.

Pengurus KPP Lendah, Kulon Progo, Amin Kustomo, menyampaikan bahwa penghentian operasional tambang di wilayah Progo bukan hanya mematikan aktivitas pekerja tambang, tetapi juga melemahkan perekonomian masyarakat sekitar.

"Sekarang aktivitas pasar di sekitar sana cenderung sepi. Dulu masih ramai karena tambang rakyat masih berjalan," ujarnya.

Ads Banner

BERITA TERKINI

Jelang Arus Mudik Lebaran, Pemkot Yogyakarta Persiapkan Manajemen Lalu Lintas

Jelang Arus Mudik Lebaran, Pemkot Yogyakarta Persiapkan Manajemen Lalu Lintas

Selasa, 18 Maret 2025
Industri Alas Kaki dan Pakaian Indonesia Kian Diminati, Ekspor Tembus Rp183 Triliun

Industri Alas Kaki dan Pakaian Indonesia Kian Diminati, Ekspor Tembus Rp183 Triliun

Selasa, 18 Maret 2025
Frekuensi Perjalanan KA Tinggi Selama Libur Lebaran, Waspadai Jalur Kereta Api

Frekuensi Perjalanan KA Tinggi Selama Libur Lebaran, Waspadai Jalur Kereta Api

Senin, 17 Maret 2025
Siap Bawa Sleman Baru, Ini Program Prioritas Pemkab Sleman

Siap Bawa Sleman Baru, Ini Program Prioritas Pemkab Sleman

Senin, 17 Maret 2025
Libur Lebaran di DIY Diprediksi Tak Seramai Tahun Baru, Kenapa?

Libur Lebaran di DIY Diprediksi Tak Seramai Tahun Baru, Kenapa?

Senin, 17 Maret 2025
Home Base PSS Sleman Rampung Direnovasi, Sri Sultan: Tuku Pemain Ojo Ngirit

Home Base PSS Sleman Rampung Direnovasi, Sri Sultan: Tuku Pemain Ojo Ngirit

Senin, 17 Maret 2025
Alfamart Tepus Gunungkidul Dibobol Maling, Rokok Hingga Shampo Raib

Alfamart Tepus Gunungkidul Dibobol Maling, Rokok Hingga Shampo Raib

Senin, 17 Maret 2025
Rampung Direnovasi, Stadion Maguwoharjo Sekarang Berstandar FIFA

Rampung Direnovasi, Stadion Maguwoharjo Sekarang Berstandar FIFA

Senin, 17 Maret 2025
Prediksi Arus Mudik ke Gunungkidul, Ini Strategi Pemerintah Kabupaten

Prediksi Arus Mudik ke Gunungkidul, Ini Strategi Pemerintah Kabupaten

Senin, 17 Maret 2025
Ini Kronologi Longsor di Tanjakan Clongop Gunungkidul

Ini Kronologi Longsor di Tanjakan Clongop Gunungkidul

Senin, 17 Maret 2025